Ring ring

Online : 1| Hari ini : 1| Total : 2038

Cinta VS Orang Tua

Saat cinta kita kepada orang tua "terbentur" dengan cinta kita kepada si dia, apa yang harus kita lakukan? Bukankah, cinta kepada si dia, sebelum pernikahan, bukan segalanya? Cinta semacam ini masih bisa datang dan pergi, berbeda dengan kasih dan cinta pasca pernikahan. Dan cinta orang tua kepada kita selaku anak-anaknya, tak akan pernah habis, namun itu bukan alasan untuk kita menyakiti mereka. Pahamilah itu sebagai cinta dan kasih yang abadi. Patutkah kita menyakiti hati orang tua yang telah berpuluh-puluh tahun mendidik, mengasuh dan membimbing? Nyebokin kalau buang air, memandikan dan menggendong kita dalam pelukannya, saat kita kecil. Dan kemudian kita balas jasa merekadengan protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kita lakukan kepada"seseorang" yang baru dikenal! Haruskah kasih saying mereka yang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk "kasih sayang yang baru seumur jagung"? Mudah-mudahan Allah selalu mengingatkan kita bahwa,"KERIDHAAN ALLAH BERADA DALAM KERIDHAAN ORANG TUA, DAN KEMURKAAN ALLAH BERADA DALAM KEMARAHAN ORANG TUA." Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu, tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya. Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa lainnya) ama seorang wanita (gua lebih suka menyebutnya wanita daripada perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh, biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi"cerita India" itu. Abis, "ia" begituindah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak berlebihankadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap kita sehari-hari. DEMIKIAN INDAHNYA, Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi kayakgini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena). Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun ketika sebaliknya terjadi gimana? Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalankeluarnya. Itu betul jika kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk menolak kekasih anda? Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka menginginkan sebuah kebaikan (maksudnya pernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstuioleh Tuhan)." Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman. So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua? CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA,DIA BISA DATANG DAN PERGI BEGITUSAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya para idealis cinta, tapiitulah realita). Cinta itu, seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri akusedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya, kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu karena unsur kebersmaan tadi). Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTAITU. Jangan heran jika kita seringmenganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang selalumengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus hehehehe Menghilangkan cinta dengan caramenghilangkan kebersamaan, jikaitu dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar, ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan). Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga saat ini. Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang, antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat. Mari kita itung-itungan sekarangdengan asas kebesaran jiwa. Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya, Si bijak bilang,"PATUTKAH KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU. Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih sayangtanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenaldalam hitungan satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk kasih sayangkatakan, dua tahun!?


HOME || PARTNER || GUESTBOOK

Online Users
Copright © 2011 awenk_yoex
All Rights Reserved